Kebaikan kecil tadi pagi
Hari Minggu di rumah
perantauan memang jarang sekali dan hampir tidak pernah aku manfaatkan untuk
hang out.
Hari Minggu ku di sini
selalu aku manfaatkan untuk bermalas-malasan. Tapi tadi pagi, aku seperti
terkena setruman semangat gara-gara bbm seseorang, bbm menjengkelkan yang
akhirnya membuatku berlari untuk melibas semua cucian yang menumpuk.
Iyaaa betul... aku
mencuci baju. Hmmm....
*pekerjaan rumahku
biasanya selesai dengan suatu SMS :D
Ternyata di luar cuaca
cukup cerah setelah berhari-hari langit serasa tak mau berhenti menangis, jadi
aku bisa menjemur pakaian di luar rumah.
Disaat aku menjemur di
depan rumah, aku mendengar suara tet tot tet tot, suara khas orang jualan
cilok. Dalam hati berkata “moga-moga cilok Adoel..”
Dannn... ternyata yang
lewat memang cilok Adoel. Dengan sigapnya langsung aku berteriak “cilok Mang!”
Yap! Cilok Adoel memang
makanan yang hampirrr tiap hari aku makan, rasanya bener-bener nagih! Kenyal,
gurih, dan sudah berbulan-bulan aku belum merasa bosan makan cilok ini.
“Keringan ya Mang, jangan
pedes-pedes” ujarku sama si Mamang cilok.
Sambil menyerahkan cilok,
si Mamang itu berkata “punten” (dalam hati aku berpikir sopan sekali ini mamang).
Dan aku juga berkata sama karena pintu gerbang tidak aku buka jadi pertukaran
cilok dan uang kami lakukan lewat sela-sela gerbang.
Pas aku mau masuk rumah
buat naruh tu cilok, ada anak kecil mungkin usia 2 tahun an mendekati penjual
cilok itu dan berkata “Bang cilok”, sepertinya aku tidak melihat anak kecil itu
memegang uang, tapi aku tidak begitu memperhatikan juga karena aku kembali
menjemur baju.
Beberapa saat setelah itu
tukang cilok tersebut menghilang dan seketika aku mendengar keributan di rumah
tetangga sebelah.
“Heh kamu beli jajan?
Dapat uang darimana?” teriak tetanggaku kepada anak kecil yang membeli cilok
tadi.
Karena tetanggaku itu
orang Batak jadi nada suaranya keras dan tegas. Anak kecil yang ditanya itu sepertinya
tidak menjawab apa-apa sehingga tetanggaku terus menerus menanyakan darimana jajan
cilok itu didapat.
Pikiranku akhirnya
terusik, darimana ya anak kecil tadi dapat uang? Sepertinya tadi dia memang
tidak memegang uang.
Hmm... aku jadi ber-husnudzon
pada mamang penjual cilok tadi, kayaknya siihh mamang itu memberikan cilok
secara gratis kepada anak kecil itu.
Benarkah? Sepertinya memang
begitu.
Kebaikan kecil, tak semua
orang bisa melakukannya. Kebaikan yang muncul tiba-tiba karena kita sebagai
manusia memang memiliki moral murni yaitu naluri.
Terus kenapa moral murni
kita kadang-kadang tidak muncul? Banyak sebabnya sih tapi kebanyakan adalah
karena kita kebanyakan berpikir.
Nike saja tagline nya “Just
Do It”, kenapa kita yang manusia seringkali susah sekali untuk Just Do It?
Takut inilah, takut
itulah, macam-macam.
Kejadian tadi pagi
hanyalah contoh dimana kebaikan kecil ternyata dapat dilakukan oleh siapapun,
kepada siapapun, tanpa memandang latar belakang seseorang. Hampir dipastikan 100%
bahwa si mamang cilok dan anak kecil itu berbeda keyakinan, tapi apakah si
mamang tadi tahu? Jawabannya adalah tidak, karena itu tidak penting juga.
Ngapain sih mikirin
tentang latar belakang seseorang jika kita mau berbuat kebaikan?
Yak! Sekarang lagi
ngetrend-ngetrend nya kata “kafir” yang dialamatkan kepada seseorang.
*Jadi kebawa politik nih,
pilgub DKI :p
Bukan lagi mau meramaikan
bursa pilgub DKI, tapi aku hanya mau mengingatkan bahwa kita sejatinya adalah
makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan dengan moral murni.
Spread LOVE everywhere,
anywhere.
Aku juga masih sangat
melatih untuk seperti itu, sangat sulit memang tapi tidak ada yang sulit kalau
kita mau berusaha.
Yup! Sekian cerita hari
ini, aku mau masak ikan peda buat makan siang. Mau?
Baca juga :
Tidak Etis
Mangga Lalijiwo
Air,Udara,dan Satu Hal Lain
Baca juga :
Tidak Etis
Mangga Lalijiwo
Air,Udara,dan Satu Hal Lain
No comments:
Post a Comment