Sunday 14 February 2016

Kebaikan Kecil Tadi Pagi

Kebaikan kecil tadi pagi

Hari Minggu di rumah perantauan memang jarang sekali dan hampir tidak pernah aku manfaatkan untuk hang out.
Hari Minggu ku di sini selalu aku manfaatkan untuk bermalas-malasan. Tapi tadi pagi, aku seperti terkena setruman semangat gara-gara bbm seseorang, bbm menjengkelkan yang akhirnya membuatku berlari untuk melibas semua cucian yang menumpuk.
Iyaaa betul... aku mencuci baju. Hmmm....
*pekerjaan rumahku biasanya selesai dengan suatu SMS :D

Ternyata di luar cuaca cukup cerah setelah berhari-hari langit serasa tak mau berhenti menangis, jadi aku bisa menjemur pakaian di luar rumah.
Disaat aku menjemur di depan rumah, aku mendengar suara tet tot tet tot, suara khas orang jualan cilok. Dalam hati berkata “moga-moga cilok Adoel..”
Dannn... ternyata yang lewat memang cilok Adoel. Dengan sigapnya langsung aku berteriak “cilok Mang!”

Yap! Cilok Adoel memang makanan yang hampirrr tiap hari aku makan, rasanya bener-bener nagih! Kenyal, gurih, dan sudah berbulan-bulan aku belum merasa bosan makan cilok ini.
“Keringan ya Mang, jangan pedes-pedes” ujarku sama si Mamang cilok.

Sambil menyerahkan cilok, si Mamang itu berkata “punten” (dalam hati aku berpikir sopan sekali ini mamang). Dan aku juga berkata sama karena pintu gerbang tidak aku buka jadi pertukaran cilok dan uang kami lakukan lewat sela-sela gerbang.

Pas aku mau masuk rumah buat naruh tu cilok, ada anak kecil mungkin usia 2 tahun an mendekati penjual cilok itu dan berkata “Bang cilok”, sepertinya aku tidak melihat anak kecil itu memegang uang, tapi aku tidak begitu memperhatikan juga karena aku kembali menjemur baju.

Beberapa saat setelah itu tukang cilok tersebut menghilang dan seketika aku mendengar keributan di rumah tetangga sebelah.

“Heh kamu beli jajan? Dapat uang darimana?” teriak tetanggaku kepada anak kecil yang membeli cilok tadi.
Karena tetanggaku itu orang Batak jadi nada suaranya keras dan tegas. Anak kecil yang ditanya itu sepertinya tidak menjawab apa-apa sehingga tetanggaku terus menerus menanyakan darimana jajan cilok itu didapat.

Pikiranku akhirnya terusik, darimana ya anak kecil tadi dapat uang? Sepertinya tadi dia memang tidak memegang uang.

Hmm... aku jadi ber-husnudzon pada mamang penjual cilok tadi, kayaknya siihh mamang itu memberikan cilok secara gratis kepada anak kecil itu.
Benarkah? Sepertinya memang begitu.

Kebaikan kecil, tak semua orang bisa melakukannya. Kebaikan yang muncul tiba-tiba karena kita sebagai manusia memang memiliki moral murni yaitu naluri.

Terus kenapa moral murni kita kadang-kadang tidak muncul? Banyak sebabnya sih tapi kebanyakan adalah karena kita kebanyakan berpikir.

Nike saja tagline nya “Just Do It”, kenapa kita yang manusia seringkali susah sekali untuk Just Do It?

Takut inilah, takut itulah, macam-macam.

Kejadian tadi pagi hanyalah contoh dimana kebaikan kecil ternyata dapat dilakukan oleh siapapun, kepada siapapun, tanpa memandang latar belakang seseorang. Hampir dipastikan 100% bahwa si mamang cilok dan anak kecil itu berbeda keyakinan, tapi apakah si mamang tadi tahu? Jawabannya adalah tidak, karena itu tidak penting juga.

Ngapain sih mikirin tentang latar belakang seseorang jika kita mau berbuat kebaikan?

Yak! Sekarang lagi ngetrend-ngetrend nya kata “kafir” yang dialamatkan kepada seseorang.
*Jadi kebawa politik nih, pilgub DKI :p
Bukan lagi mau meramaikan bursa pilgub DKI, tapi aku hanya mau mengingatkan bahwa kita sejatinya adalah makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan dengan moral murni.

Spread LOVE everywhere, anywhere.

Aku juga masih sangat melatih untuk seperti itu, sangat sulit memang tapi tidak ada yang sulit kalau kita mau berusaha.

Yup! Sekian cerita hari ini, aku mau masak ikan peda buat makan siang. Mau?


Baca juga :
Tidak Etis
Mangga Lalijiwo
Air,Udara,dan Satu Hal Lain




No comments:

Post a Comment