Saturday 10 March 2012

Selama 5 Tahun Ini...

Stigmatized dari The Calling meraung dalam. Aku terbuai. Dalam dan dalam….
Terpejam mataku sejenak, terlintas kenangan itu.

Kau sedang serius memegang mouse, aku panggil kau malah tambah asik memainkan mouse itu.
“Mas!”, panggilku agak keras. Akhirnya kau menoleh. Ya Tuhan! Makhluk apa ini? Bentuk mukanya keras, kulit putih bersih tanpa jerawat ataupun bekasnya, mata tajam dengan tatapan dalam memandangku dengan tanya.
“Kenapa mbak?”. Suara itu! Hahaha… Hatiku bernyanyi mendengarnya. Menusuk hatiku dalam…! Lembut dan berwibawa. Ya ampun, aku bisa pingsan karenanya.
“Berapa?” akhirnya mulutku terbuka.
“Rp 7.000”. Jawabnya sambil melihat layar monitor. Kuraba-raba isi tasku mencari dompet sambil mata ini tak lepas memperhatikannya. Aku baru tersadar kalau mulutku ternyata terbuka setelah ada lalat dengan kurang ajarnya mampir menempel di bibir bawahku. Asem!
Aku berikan uang pecahan Rp 10.000 dan dia memberikan kembalian dengan mengucapkan terima kasih. Kata terakhir yang kudengar saat itu dari mulutnya.

Hari berikutnya hampir tiap hari aku datang ke warnet itu sepulang sekolah, sengaja aku datang sendiri agar tidak ada yang mengganggu kepuasanku menikmati salah satu ciptaan Tuhan yang satu ini. Dia mulai jaga warnet pukul 3 sore. Aku selalu datang jam dua, dan pulang saat dia sudah bertugas. Aku akan bolak balik membeli minuman atau makanan yang tersedia disitu agar aku bisa berinteraksi dengannya berkali-kali. Agar dia juga memperhatikan aku sebagai pelanggannya yang setia datang tiap hari.

Selain Cinta (Iseng)

Aku belum mampu membuat perumpamaan apapun selain tentang cinta. Tentang kehidupan yang sangat sedikit aku mengerti, tentang perjuangan melewati hidup bagi sebagian orang, semuanya belum ada yang mampu mengispirasiku. Hanya cinta, hanya cinta….

Banyak sekali acara televisi dimana si pembuatnya ingin agar pemirsa merasakan penderitaan masyarakat tidak mampu. Sebut saja Jika Aku Menjadi, Orang Pinggiran, Dari Hati, atau Catatan si Olga. Rasa yang timbul saat melihat acara itu memang adalah perasaan iba, tapi rasa itu juga tidak sepenuhnya mendominasi perasaanku, terkadang bosan juga melihat acara seperti itu. Melihat mereka makan lauk ikan asin dan sambal, untuk sebagian orang sepertinya sangat mengenaskan, tapi untukku, makan ikan asin dan sambal adalah menu yang teramat sedap. Bukan karena aku keadaannya seperti mereka, tapi makan dengan lauk sederhana bagiku bukanlah hal yang mengenaskan. Sampai kadang jijik sendiri dengan sikap talent yang menangis hanya karena makan lauk sambal dan ikan asin. Memang sekaya apa dia?

Thursday 1 March 2012

Wisata Kuliner Tegal

Wisata Kuliner Tegal


Aku adalah orang asli Tegal, dan aku bangga karenanya. Orang Tegal dikenal karena keuletannya, kamu bisa menemukan orang Tegal dimana-mana. Hampir semua kota besar di Indonesia terdapat orang Tegal. Kebanyakan diantara mereka mencari nafkah dengan membuka warung makan yang kemudian dikenal dengan WARUNG TEGAL (WARTEG). 
Warung makan dengan beraneka lauk pauk, rasa mantap, dan murah meriah itu sudah terkenal di seantero nusantara. Tapi bukan Warteg yang akan aku bahas dalam postinganku kali ini, melainkan tentang kuliner Tegal yang memang laka-laka.

Jika kamu mengunjungi Tegal, aku merekomendasikan beberapa kuliner di bawah ini, diantaranya adalah :


1.       Soto Tegal
From Instargam @kulinertegal 

Kuliner yang satu ini dijamin tidak akan kamu temukan selain di Tegal. Kuah soto yang biasanya bening atau bersantan, kali ini akan berwarna cokelat kehitam-hitaman, warna itu dihasilkan dari tauco. Bumbu dari kedelai yang difermentasi ini akan memberikan sensasi yang berbeda. Terdapat beberapa varian, ada soto ayam, soto daging sapi, soto babat sapi, dan campuran dari ketiganya.

Warung soto Tegal yang terkenal bernama SOTO SEDAP MALAM BPK. DAAN JENGGOT yang berada di desa Talang kabupaten Tegal. Nyendok maning daging maning (nyendok lagi daging lagi) hehe.. Itu tandanya kalau dalam semangkuk soto terdapat banyak dagingnya. Kebayang nggak tuh?

Antara Swasta dan Negeri

Tulisanku kali ini mungkin akan terasa agak sensitive bagi sebagian orang. Di dalamnya terdapat beberapa curahan hatiku sebagai seorang guru. Aku adalah guru SMP sekaligus SMK, aku mengajar di SMP negeri dan SMK swasta. 
Dua macam lingkungan yang berbeda aku temui tiap minggunya. Tiga hari di SMP dan tiga hari di SMK, adil. Semester-semester sebelumnya memang aku lebih banyak mengajar di SMK sehingga aku merasa lebih betah di SMK. 
Sekarang karena keadilan itu, aku jadi bisa menilai beberapa hal tentang sekolah negeri dan swasta yang aku buat subjektif berdasarkan pengalamanku sendiri.

Pencuekan

PENCUEKAN 

Pernah mendengar kata itu? Belum? Oh sudah? 
Itu adalah kata yang menghantuiku akhir-akhir ini. 
Aku adalah korban pencuekan alias tidak digubris, tidak dianggap, seakan aku ini adalah makanan basi. Kurang ajar sekali! Memang, tapi mungkin itu adalah proses menuju jiwaku yang lebih sabar. Halah… 
Harus kuingat wejangan ibuku saat aku sakit tak berdaya karena radang usus kemarin, bahwa kita harus lebih sabar menghadapi segala sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita. 

Harus kuakui hal itu memang benar, karena sekarang aku merasa lebih bahagia melewati hari-hariku. Kuncinya adalah merasa senang, setiap detik yang diberikan Tuhan kepada kita patut kita syukuri. Setiap helaan nafas yang diberikan Tuhan kepada kita patut kita ucapkan Alhamdulillah.