Thursday 1 March 2012

Antara Swasta dan Negeri

Tulisanku kali ini mungkin akan terasa agak sensitive bagi sebagian orang. Di dalamnya terdapat beberapa curahan hatiku sebagai seorang guru. Aku adalah guru SMP sekaligus SMK, aku mengajar di SMP negeri dan SMK swasta. 
Dua macam lingkungan yang berbeda aku temui tiap minggunya. Tiga hari di SMP dan tiga hari di SMK, adil. Semester-semester sebelumnya memang aku lebih banyak mengajar di SMK sehingga aku merasa lebih betah di SMK. 
Sekarang karena keadilan itu, aku jadi bisa menilai beberapa hal tentang sekolah negeri dan swasta yang aku buat subjektif berdasarkan pengalamanku sendiri.


Di sekolah negeri, perbedaan kasta sangat terasa. Kasta yang ada adalah kasta PNS dan kasta honorer. Kebetulan aku masuk kasta yang kedua. Oleh karena kedua, jadi apa saja yang terjadi selalu menjadi nomor dua. 
Beruntunglah aku, karena berada di lingkungan yang tidak sadis. Guru-guru PNS yang ada di sekolahku  hampir semuanya baik hati. Tetapi yang sampai sekarang masih belum berubah adalah beberapa diantara teman-temanku di SMP terkadang memasang tampang masam saat pertama kali aku sapa. 
Tidak bisa tiap hari mereka bersikap manis. Aku harus menebak-nebak dari raut muka yang terlihat saat aku akan menyapa mereka. Pernah suatu kali dengan pedenya aku menyapa temanku dengan muka secerah mungkin dan suara seriang mungkin, ternyata dia hanya membalas sapaanku dengan senyum kecil. Gubrak!! 
Sebenarnya hal itu mungkin hal yang biasa ketika seseorang bergaul, yang menjadi masalah disini adalah aku tidak pernah menemui hal semacam itu di SMK swasta. Teman-temanku di SMK mempunyai kebiasaan bersalaman ketika tiba di sekolah dan ketika akan meninggalkan sekolah. 
Semuanya akan pasang tampang secerah mungkin, bahkan sering diiringi dengan candaan, menjadikan kami semangat memulai hari. Tidak pernah ada seorangpun yang akan cemberut walaupun saat itu dia sedang dilanda masalah.

Sisi lain dari swasta dan negeri adalah, jika di SMK aku merasa jadi guru emas (istilah lain dari anak emas) oleh bapak Kepala Sekolah yang sangat baik hati. Apapun yang aku minta akan beliau usahakan untuk dipenuhi. 
Semua itu memang tergantung dari Kepala sekolah, karena beliau sangat baik jadi beliau sangat memperhatikan anak buahnya. Tak jarang kami ditraktir bakso, baik ditraktir oleh sekolah ataupun oleh bapak Kepala Sekolah sendiri. 
Sedangkan di SMP, aku hanya menjadi pelengkap penderita, masih mending sekarang aku diserahi tugas piket dan Pembina UKS, tadinya aku seolah-olah hanya guru yang akan muncul tiba-tiba dan menghilang tiba-tiba pula. Jika aku mengusulkan tentang pengadaan peralatan, mungkin kalau tidak ada angin puting beliung juga tidak akan dipenuhi. Alhamdulillah sekarang mulai dipenuhi sedikit demi sedikit keperluan mengajarku, kebetulan aku mengajar mapel TIK dimana pasti membutuhkan seperangkat computer dengan aksesorisnya. 

Masalah pergaulan, di SMP masih bisa terasa jarak antara dua kasta yang aku sebutkan diatas, walau mereka yang di kasta pertama baik-baik tapi tetap saja ada jarak. Dan satu yang aku perhatikan, walaupun mereka sudah berhasil menduduki kasta pertama tetapi agaknya masalah keuangan menjadi hal yang sangat sensitive, mereka seolah-olah selalu merasa kekurangan dengan hasil yang mereka peroleh. 
Mereka akan ribut jika ada salah satu hak mereka yang terlambat diberikan. Masya Allah… Tentunya hal itu tidak berlaku untuk semua teman-teman kasta pertamaku, ada juga yang tidak pernah meributkan masalah uang. 
Sebaliknya di SMK, teman-temanku yang mendapat honor tidak seberapa (tidak ada guru yang mendapat honor diatas 1 juta perbulan) tidak pernah aku mendengar mereka mengeluh tentang uang. Senyum ceria selalu mereka tunjukan, obrolan masalah uang hanya dijadikan bahan candaan. Mereka juga punya keluarga, punya anak. Keikhlasan mereka untuk bekerja benar-benar aku acungi jempol. Bahkan kalau sudah waktunya gajian, mereka banyak yang malu untuk mengambil. Sumpah! 

Dinamika guru honorer menjadi bahan yang menarik untuk aku ketengahkan disini, kami semua berharap akan diangkat menjadi guru PNS suatu saat nanti. Kapan itu? Hanya Allah yang tahu. 
Apalagi sekarang peraturan berubah-ubah, tidak ada kejelasan masa depan untuk kami, kami hanya menunggu dan menunggu. Aku yang masih sendiri masih lebih beruntung dibanding teman-temanku yang telah memiliki keluarga. Salah satu sahabat laki-lakiku pernah berkata bahwa dia ingin membeli kompor gas seperti punyaku. Aku benar-benar kaget mendengarnya, bahkan untuk membeli kompor gas saja tidak sanggup? Ya Allah… 

Sekali lagi aku menegaskan bahwa tulisanku diatas hanya menurut pandangan subjektif aku sendiri. Hal itulah yang terjadi pada diriku. Seandainya ada beberapa pihak yang kebetulan membaca coretanku ini dan merasa terganggu, ya aku minta maaf. Tetapi mungkin tulisanku bisa dijadikan bahan untuk bercermin. Semoga…..

Salam guru honorer! ^__^

11 comments:

  1. Saya juga mengajar di sekolah swasta dan sekolah negeri..... memang seperti itu.
    Menurut anda jika melihat peraturan2 pemerintah yang selalu berubah-ubah, lebih memilih honor di swasta atau negeri? Karena saat ini saya dihadapkan pada pilihan yang harus saya putuskan segera.

    ReplyDelete
  2. kalo menurut saya, saya akan tetap bertahan mengajar di negeri dan swasta karena insyaAllah kalo kita sabar akan ada waktu buat kita kok (red : jadi PNS). Untuk diri saya sendiri, selain menjadi guru honor, saya juga rajin mencari rejeki di luar, jadi masalah finansial lumayan ada pemasukan lain. :)

    ReplyDelete
  3. Tlong pndpatnya dong kak, sya mendpat twran untuk mengajar di SMK Negri dan swasta, namun dua"nya brbeda kota satu jatim satunya lagi jateng, nah mnrut pndpat kaka sebaiknya sya pilih yg mna honorer di Smk negeri atau yg swasta? Thanks before :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ini komentar sudah karatan ya, gak saya balas2 hehe... Gimana sekarang? sudah memutuskan kan? Kalau dua2 nya SMK sih saya mungkin pilih di negeri dulu mbak karena yaa barangkali ada pengangkatan whatever begitulah, walaupun sekarang saya full di SMK swasta dan sedang menunggu sertifikasi.

      Delete
  4. Hai kak.. saya jg lg bngung ini, sudah 10 bulan saya honor di sd negeri, selain jarak dari rumah saya jauh, gajinya untuk beli bensin aja ga cukup. Tapi lebih baik drpda nganggur drumah. Jadi ini untuk tahun ajaran baru, saya dapat tawaran untuk mengajar di sd swasta. Gaji dan jarak jauh lebih bagus.. tapi untuk masa depan lebih menjanjikan yg mana? Ngajar di negri atau swasta?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masalah janji, semuanya tidak ada yang pasti karena peraturan berubah-ubah. Sekarang saya sudah full di swasta dan sedang menantikan undangan PLPG sertifikasi.
      Keinginan saya selanjutnya adalah lanjut S2 dan melamar menjadi dosen. Mudah-mudahan bisa tercapai aamiin...
      Mbak pun bisa demikian.

      Delete
  5. Sy mengajar d sma swasta dan smk negeri. Enaknya sy induk dimana ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Induk di SMK negeri saja mbak, karena sekarang honor langsung dari provinsi, besarnya lumayan juga hii..

      Delete
  6. Sy mau pindah induk k smk negeri nya it kayak dipersulit sama kepala sekolahnya karena Katanya nama sy sdh ad d dapodik atas sma swasta. Gitu mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehm.. Mungkin mbak emang dibutuhkan sekolah swasta itu kali jadi kepseknya menahan biar tidak pindah induk.
      Kalo mau pindah induk, sekarang malah lebih gampang, tinggal operator saja yg ngurus, kalau dulu saya harus minta surat dari dinas dulu.
      Semoga apapun keputusan mbak, itu adalah yg terbaik.

      Delete
  7. Semua ada +- nya kalo dipikir2 kalo ada uang swata lebih baik.

    ReplyDelete