Apa arti hujan untukmu?
Banyak aku temukan berbagai tulisan tentang hujan. Tulisan
ilmiah, tulisan fiksi, tulisan filosofis, tulisan puitis, dan lain sebagainya.
Hujan, dimana kehadirannya kunantikan saat ini. Menambah
getirnya rasa, menambah luruhan kepingan hati.
Hujan, bukan udara panas yang terasa, hanya sejuk. Bahkan
aku merindukan dingin melanda, dimana aku bisa bersembunyi di balik selimut
tebal.
Bersembunyi dari dunia yang penuh ketidak pastian. Dunia
yang tidak bisa berkompromi denganku.
Haruskah aku mengumandangkan mantera? Menarikan tarian
pemanggil hujan?
Dua-duanya tidak bisa kulakukan. Aku tak punya kemampuan
itu. Aku hanya manusia seperti manusia kebanyakan.
Yang bisa aku lakukan adalah mengganti turunnya air hujan
dengan turunnya air mataku.
Sama-sama air kan?
Lantas apa yang membuat beda?
Hujan turun karena dia sudah cukup menampung uap air. Air
mata turun karena dia sudah penuh menampung segala rasa yang selama ini dia
bendung.
Hujan turun dan akan digantikan dengan pelangi warna-warni.
Air mata turun dan akan digantikan dengan perasaan lega.
Subhanallah, betapa Allah telah mengatur semuanya. Semuanya
memiliki arti. Semuanya bisa dijadikan bahan untuk belajar.
Tapi sebagai manusia seperti kebanyakan manusia, terkadang
aku bosan untuk belajar, lelah mencari arti dibalik suatu peristiwa, kenyataan.
Pusing melanda dan aku harus berhenti. Berhenti berpikir.
Mungkin aku harus menajamkan indera ku, aku cari dan cari
dimana yang menjadi nomor 6?
-------------
Keluar rumah aku melihat langit, bintang bertaburan dengan
serakahnya. Tidak akan aku temui hujan malam ini.
Aku hanya menginginkan hujan,
hujan yang datang dengan wajar.
Hujan yang akan menebarkan aroma penerimaan. Kebanyakan
orang akan berada di dalam rumah kala hujan turun, menerima keadaan bahwa
mereka tidak bisa bebas melakukan aktivitas di luar rumah.
Aku ingin bisa menerima seperti orang lain menerima bahwa
mereka tidak bisa menjemur pakaian di luar saat hujan turun.
Awan telah berjejalan di kepala dan hatiku. ingin segera
keluar. Dan pertahananku jebol. Membiarkan air mengalir dengan liarnya.
Besok adalah besok, malam ini adalah malam ini. Malam ini
aku ingin menghadirkan sejenis hujan untuk menemaniku melewati sisa hari.
Besok, lusa, setelah lusa, aku masih akan menantikannya,
menantikan aroma penerimaan saat hujan turun.
No comments:
Post a Comment