Tuesday, 5 March 2013

Hujan

Apa arti hujan untukmu?

Banyak aku temukan berbagai tulisan tentang hujan. Tulisan ilmiah, tulisan fiksi, tulisan filosofis, tulisan puitis, dan lain sebagainya.

Hujan, dimana kehadirannya kunantikan saat ini. Menambah getirnya rasa, menambah luruhan kepingan hati.

Hujan, bukan udara panas yang terasa, hanya sejuk. Bahkan aku merindukan dingin melanda, dimana aku bisa bersembunyi di balik selimut tebal.

Bersembunyi dari dunia yang penuh ketidak pastian. Dunia yang tidak bisa berkompromi denganku. 

Haruskah aku mengumandangkan mantera? Menarikan tarian pemanggil hujan? 

Dua-duanya tidak bisa kulakukan. Aku tak punya kemampuan itu. Aku hanya manusia seperti manusia kebanyakan. 

Yang bisa aku lakukan adalah mengganti turunnya air hujan dengan turunnya air mataku. 

Sama-sama air kan?

Lantas apa yang membuat beda?

Hujan turun karena dia sudah cukup menampung uap air. Air mata turun karena dia sudah penuh menampung segala rasa yang selama ini dia bendung.

Hujan turun dan akan digantikan dengan pelangi warna-warni. Air mata turun dan akan digantikan dengan perasaan lega.

Subhanallah, betapa Allah telah mengatur semuanya. Semuanya memiliki arti. Semuanya bisa dijadikan bahan untuk belajar. 

Tapi sebagai manusia seperti kebanyakan manusia, terkadang aku bosan untuk belajar, lelah mencari arti dibalik suatu peristiwa, kenyataan. Pusing melanda dan aku harus berhenti. Berhenti berpikir. 

Mungkin aku harus menajamkan indera ku, aku cari dan cari dimana yang menjadi nomor 6?

-------------
 
Keluar rumah aku melihat langit, bintang bertaburan dengan serakahnya. Tidak akan aku temui hujan malam ini. 

Aku hanya menginginkan hujan, hujan yang datang dengan wajar.

Hujan yang akan menebarkan aroma penerimaan. Kebanyakan orang akan berada di dalam rumah kala hujan turun, menerima keadaan bahwa mereka tidak bisa bebas melakukan aktivitas di luar rumah.

Aku ingin bisa menerima seperti orang lain menerima bahwa mereka tidak bisa menjemur pakaian di luar saat hujan turun.

Awan telah berjejalan di kepala dan hatiku. ingin segera keluar. Dan pertahananku jebol. Membiarkan air mengalir dengan liarnya. 

Besok adalah besok, malam ini adalah malam ini. Malam ini aku ingin menghadirkan sejenis hujan untuk menemaniku melewati sisa hari. 

Besok, lusa, setelah lusa, aku masih akan menantikannya, menantikan aroma penerimaan saat hujan turun.

No comments:

Post a Comment