Episode itu berlanjut lagi, seperti sinetron dengan judul
dan pemain yang berbeda tapi tetap dengan cerita yang sama. Inti cerita yang
sama seakan tak pernah bosan aku temui.
Apakah aku yang memilih untuk itu? Tidak. Sama sekali tidak.
Aku bosan.
Tapi sepertinya Tuhan belum mengijinkan aku melewati cerita
yang lain, cerita yang berakhir dengan senyum bahkan tawa.
Lagu ini, biarlah selalu memenuhi telingaku, menyayatku dalam-dalam.
Ingin kunikmati rasa ini, rasa sakit ini sebentar.
Jangan biarkan aku mengeluh. Semua ini pasti ada hikmahnya. Tuhan
tahu itu.
Sudah kupaksa untuk tidak jatuh lagi, tapi hatiku bukanlah
seperti pemain sinetron yang bisa diatur oleh sutradara. Dia mencari
kenyamanannya sendiri. Tidak mungkin bisa dia berbohong.
Hati ini tidak punya mata, dia hanya bisa merasakan. Dia tidak
tahu bahwa disisi lain dari kenyamanan itu, terdapat duri yang sangat tajam.
Seandainya bisa, aku ingin memberinya mata. Mata untuk
melihat dengan jelas dan utuh.
Tuhan, kuucap syukur atas semua ini. Berarti memang tidak
ada episode lanjutan untukku, dalam judul sinetron ini.
Mungkin aku akan menemukan sutradara lain yang bisa membuat
cerita dengan akhir bahagia. I hope so…
No comments:
Post a Comment