Haloo semuanya…
Lama sekali saya absen menulis yah hehe…
Tak apalah, alhamdulillah sekarang keinginan menulis muncul
kembali :p
Kali ini saya ingin melanjutkan postingan tentang solo traveling yang sebenarnya sudah
saya lakukan waktu akhir Juni kemarin, widiihh lama yak? Tepatnya waktu masih
libur kenaikan kelas atau libur setelah lebaran Idul Fitri.
Perjalanan saya kali ini adalah menjejak kota Solo atau nama
resminya adalah Surakarta. Kota kecil nan penuh pesona dengan slogan Spirit of
Java ini mampu sekali membuat saya jatuh cinta.
Saya benar-benar jatuh cinta dengan kota ini, sulit untuk
diungkapkan dengan kata-kata karena saat saya disana saya menemui banyak hal
yang sangat-sangat menyenangkan, sekaligus penuh arti.
Oke langsung saja simak kalau mau tahu lebih lanjut.
Perjalanan saya mulai dari kota Tegal, menggunakan kereta
Kaligung yang berangkat pukul 05.00 kemudian sampai di Semarang pukul 07.00.
Waktu itu saya kehabisan tiket kereta Kalijaga yang akan membawa saya ke Solo dengan biaya sebesar
Rp 10.000 saja karena tiket Kalijaga tidak bisa dibeli secara online.
Walhasil saya akhirnya harus menggunakan transportasi bus.
Sebagai pesolo traveling, jangan mudah panik jika rencana
tidak sesuai dengan kenyataan.
Saya menunggu bus di depan stasiun Semarang Poncol, bus
tersebut adalah bus jurusan Salatiga.
Begitu naik, saya langsung duduk di belakang dan bertanya
pada laki-laki di samping saya dimana saya harus turun kalau akan menuju Solo.
Dia menjawab bisa turun dimana saja pokoknya setelah keluar jalan tol.
Tapi pak kernet menyarankan saya untuk turun di terminal
Tingkir Salatiga saja, okelah saya nurut pak kernet. Biaya Semarang – Salatiga
sebesar Rp 15.000 harus saya bayar.
Baru kali ini saya merasa senang dengan kenyataan kehabisan
tiket kereta, saya seneng banget saat naik bus ini karena bisa mengobrol dengan
orang-orang di dalam bus yang silih berganti naik turun, juga bisa melihat
kota-kota yang saya lewati, pak kernet juga memberikan tur gratis tentang
keadaan kota Semarang dan Salatiga. Semua orang yang saya temui baik semua…
Alhamdulillah…
Sampai di terminal Tingkir Salatiga saya lanjutkan dengan
naik bus jurusan Solo, biaya nya juga sebesar Rp 15.000.
Bus tersebut berhenti di pemberhentian akhir yaitu terminal
Tirtonadi yang ternyata lokasinya sangat dekat dengan hotel tempat saya
menginap.
Karena saya tidak tahu seberapa dekat terminal dengan hotel,
saya pun memesan Gojek, daaan ternyataa saya cuma melewati 1 tikungan,
tadi-tadi jalan kaki saja hee…
Jam 12.00 tepat saya sampai di hotel, saya menginap di Front One Cabin yang terletak di Jl.
Setia Budi Solo.
Hotel tersebut adalah hotel imut dengan fasilitas lengkap.
Kamar keciiiilll sempit dengan TV flat 42 inchi, single bed standar hotel,
wastafel, shower dengan air panas, toilet, handuk, sarapan snack (khusus hari
Minggu sarapan nasi), dan wifi kencang gratis.
Karena kamar yang sangat sempit, kalian harus sholat di
mushola yang ada di setiap lantai.
Saya makan siang di warung dekat hotel, lumayan enak, cocok
dengan lidah saya.
Dan perjalanan solo traveling di kota Solo saya mulai dengan
mengunjungi Museum Pers Nasional.
Museum dengan arsitektur unik yang berlokasi di Jl. Gajah
Mada No. 59 itu mempunyai koleksi surat kabar dari jaman baheula, alat-alat
komunikasi, kamera, dan bukti sejarah mengenai pers lainnya.
Tempat ini buka dari hari Senin-Jum'at 08.00 WIB hingga 16.00 WIB, sedangkan hari Sabtu dan Minggu pukul
09:00 WIB hingga 16:00 WIB
Museum ini diresmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 7
Februari 1978.
Tempat ini akan lebih asik dikunjungi jika ada pameran foto,
dan pameran-pameran lain.
Sebagian besar pengunjungnya adalah orang yang ingin
mendapatkan sumber catatan dan data, mereka akan memanfaatkan fasilitas
perpustakaan disana.
Oleh karena saat itu tidak ada pemandu, jadi saya agak
kebingungan untuk mengeksplore tempat itu, naik turun tangga dan salah memasuki
ruangan-ruangan yang terdapat banyak disitu hehe…
Saya juga melihat koleksi di ruangan yang berisi penggambaran
pemancar radio SRV RRI “kambing” dimana pada tahun 1936 berlangsung siaran
langsung jarak jauh SOLO – DEN HAAG saat gusti Nurul putri Mangkunegara VII
menari di Den Haag dan diiringi gending Jawa dari Solo.
Setelah puas mengelilingi museum Pers, badan sudah mulai terasa tidak enak tanda saya bakal
demam, mungkin karena tadi tidak sarapan. Saya pun membeli Antangin dan tetap
melanjutkan perjalanan menuju kampung
batik Laweyan.
Sebelumnya saya membuat reservasi untuk kursus membatik
singkat dengan menelepon owner Batik
Mahkota Laweyan Bapak Alpha Fabela
Priyatmono (sebelumnya saya juga gak tahu kalau itu ownernya langsung
haha…)
Dan ternyata beliau adalah inspirasi saya menulis postingan Mau Kemana Setelah Lulus SMK/SMA
Begitu sampai saya langsung disambut ramah oleh staff Batik Mahkota, saat itu sepi sekali,
tidak ada pengunjung selain saya.
Kemudian saya kursus membatik singkat dengan menerima pola
batik berupa burung yang bertengger di dahan pohon.
Kalau saya tidak datang sesore itu (pukul 14.30 an) saya
akan bisa menggambar pola batik sendiri, oleh karena sudah agak sore akhirnya
saya hanya tinggal membatik dan mewarnai saja.
Bapak pemandu bilang bahwa saya seperti sudah mahir membatik
hehe… Sudah 2 kali ini saya membatik, dan memang saat itu tangan saya tidak
sekaku waktu pertama membatik di Trusmi Cirebon.
Polanya juga tidak terlalu rumit jadi yaaa
lumayan tidak belepotan hii…
Sambil membatik saya ngobrol
tentang macam-macam hal tentang batik Laweyan.
Selesai dibatik, kain itu saya
warnai, kemudian saya diajak ke bagian belakang untuk …. untuk apa ya kok lupa
wkkk… Pokoknya ada proses sebelum dilorod. Setelah itu kain dilorod untuk
menghilangkan malam, dan terakhir dijemur di genteng tetangga karena mencari
tempat yang masih ada sinar mataharinya :D
Sembari menunggu kain kering,
bapak pemandu menjelaskan sejarah kampung batik Laweyan dan sejarah Batik
Mahkota, melihat wayang beber yang menggambarkan proses pembatikan, melihat
tempat membuat pola batik yang terdiri dari meja kaca dengan lampu neon di
bawahnya.
Semua pengunjung akan diberikan fasilitas tersebut karena hal itu
sudah menjadi SOP perusahaan. Padahal mah saya sudah hampir tumbang karena
demam, tapi demi mendengar penjelasan itu saya sabarkan diri dengan meminum
Antangin lagi.
Tempat itu sangat bersahaja, jauh
dari kesan mewah, padahal karya mereka tidak bisa dibilang remeh, hanya Mahkota
Laweyan yang mempunyai sertifikat SNI, mempunyai pola batik paten tertentu
dengan harga yang wow… Kalian akan merasa nyaman disitu, seperti berada di
rumah nenek hii…
Biaya kursus membatik singkat adalah sebesar Rp 50.000.
Terdapat juga paket kursus lain
sampai tingkat mahir, dan menerima peminat dari seluruh dunia.
Driver Grab datang sayapun balik
ke hotel dengan kondisi yang semakin tidak karuan.
Saya langsung makan Pop Mie
panas, minum teh panas, makan bekal dari ibu saya yaitu jahe + garam untuk
pereda masuk angin, kurang puas saya pun minum Ultraflu. Hadeehh…
Pokoknya saya
buat biar cepat sembuh karena besok harus melakukan perjalanan lain.
Sekian dulu untuk postingan
pertama tentang solo traveling di
Solo, lanjut hari kedua disini yuk…
BACA JUGA : SOLO TRAVELING WISATA MUSEUM DAN KULINER SOLO
BACA JUGA : SOLO TRAVELING WISATA MUSEUM DAN KULINER SOLO
Tags : traveling sendirian, solo traveling Solo, museum Pers Nasional Solo, Mahkota Batik Laweyan, wisata membatik di kampung batik Laweyan Solo, tips solo traveling, hotel murah Front One Cabin Solo
No comments:
Post a Comment