Hari kedua saya di Solo adalah hari Minggu tanggal 1 Juli
2018.
Pagi-pagi saya sudah keluar dari hotel demi sarapan di stadion
Manahan karena saat itu CFD masih tutup sehabis Lebaran. Padahal saya sudah
sarapan nasi goreng di hotel haha…
Naik ojol menuju Manahan, udara pagi kota Solo segeeerrrr
bangeettt sumpah, saya buka kaca helm dan menghirup udara kuat-kuat, duuhh
nyaman sekali pagi di kota Solo.
Jadi ingat vlog Ria SW yang di Solo deh, dia juga bilang
kalau pagi di Solo itu menyenangkan sekali.
Sampai di Manahan, saya makan cabuk rambak di Yu Temu yang terletak di sebelah barat pintu masuk
utara stadion.
Stadion Manahan yang nantinya bakal direnovasi besar-besaran
itu adalah salah satu spot warga Solo menikmati hari Minggu mereka, mereka bisa
berolahraga, jalan-jalan, sarapan, naik kereta wisata, dll.
Setelah menikmati cabuk rambak yang ternyata adalah ketupat
dioles bumbu kacang dengan kerupuk nasi, saya pun berjalan masuk ke dalam
stadion.
Tapi setelah masuk malah saya bingung mau ngapain, karena
saat itu rameee banget, dan gaje banget lah planga plongo sendirian, akhirnya
saya keluar dan naik ojol menuju jalan Slamet Riyadi.
Berjalan-jalan di sepanjang pedestrian yang sangat lebar itu
sangat menyenangkan, saya sampai di Taman Sriwedari, duduk-duduk di depan
tulisan “I Love SOLO”, minum teh
tarik, melihat-lihat perpustakaan jalanan, dan duduk mendengarkan musik di
depan museum Radya Pustaka.
Pukul 09.10 saya masuk ke museum Radya Pustaka, mengisi buku
tamu, dan meminta jasa pemandu, museum tersebut adalah museum gratis, untuk
pemandu kita tinggal kasih tip.
Jam buka museum ini adalah mulai jam 09.00 – 16.00 dan libur
tiap Senin.
Saya dipandu oleh mbak sapa lupa hehe… Kami berkeliling, di
bagian depan terdapat hadiah dari Napoleon Bonaparte untuk raja Paku Buwana IV,
tempayan-tempayan kuno, musket, miniature meriam (yang jadi momok di novel Arus
Balik karya Pramoedya A.T), piring porselen, patung, arca Wisnu, berbagai macam
keris, tombak, dan ada patung Wilkens di depan ruang perpustakaan.
Kemudian saya diajak masuk ke ruang perpustakaan yang berisi
koleksi buku kuno, serat-serat kuno, dan peninggalan versi tulisan lain yang
masih terjaga kondisinya. Disitu terdapat dokumen serat Kalatida karya
Ranggawarsita, sang pujangga akhir.
Saat itu saya belum begitu paham tentang dokumen-dokumen
kuno, serat, lontar, dll…. Coba kalau saya sekarang kesana lagi, pasti
pertanyaan saya bakal meluncur seperti tembakan peluru saking penasarannya saya
akan peninggalan sejarah versi tulisan-tulisan itu.
Disitu kita juga bisa meminta jasa pemilihan hari baik
menurut hitungan Jawa kepada Pak Toto. Jika ingin mengetahui hari baik saat
akan menikah, membuka usaha, pindah rumah, dll, kalian bisa datang langsung ke
bagian perpustakaan.
Lanjut saya menuju bagian tengah museum, saat itu saya
berhasil terkejut sampai agak berteriak saat diperlihatkan prasasti asli dari
prasasti Mantyasih dari tahun 907 M!! Gila!
Prasasti Mantyasih |
Prasasti dari jaman Mataram kuno saat Rakai Watukura Dyah
Balitung menjadi raja itu terbuat dari tembaga dan berukuran kecil, aduh saya
sangat terpesona, gimana kalau saya melihat prasasti Canggal di Museum Nasional
ya? Bisa teriak lebih keras lagi hehe…
Tour museum lanjut ke bagian belakang yang terdapat wayang,
miniature makam Raja Mataram di Imogiri, miniature menara keraton Solo, canthik
atau hiasan kapal Rajamala, dll.
Terakhir saya ke bagian bawah dimana terdapat berbagai
peninggalan dari bebatuan yang kebanyakan berupa arca, termasuk arca yang
pernah dicuri beberapa tahun lalu.
Biarin lah miring-miring :D |
Kesan saya terhadap museum Radya Pustaka adalah
menyenangkan!
Jejak sejarah bangsa ini semakin tergambar nyata di setiap
peninggalannya, kebesaran masa lampau dimana peradaban bangsa kita sudah sangat
maju mampu menelurkan rasa bangga, so kita sebagai generasi penerus tidak
patutlah jika kita merusaknya dengan kemunduran budaya, kemunduran pola pikir,
otak-otak micin, jiwa lemah, dan keinginan serba instant.
Setelah 2 jam yang terasa sangat cepat saya pun harus
mengucap perpisahan dengan mbak pemandu yang sangat baik dan komunikatif itu,
dia berseru kepada saya “Semoga betah di Solo ya Mbak!”
Dengan mantap saya jawab “Sudah betah Mbak!” hehe…
Kemudian saya berjalan kaki menuju museum batik Danar Hadi atau House of Danar Hadi yang hanya
berjarak beberapa meter saja dari Radya Pustaka.
Kesan megah dan mewah langsung menyapaku, bangunan mewah
dengan halaman depan yang sangat luas, bagian-bagian rumah dengan arsitektur
perpaduan Jawa dan Eropa (sok ngerti banget haha…), tempat ini indah!
Pintu masuk museum ada di bangunan sebelah ujung kanan,
tiket masuk sebesar Rp 35.000 saya bayar sudah termasuk jasa pemandu.
Saat itu tidak ada pengunjung lain selain saya jadi suasana
sepi dan kami berdua bisa melewati setiap ruangan dengan santai tanpa
terganggu.
Ada banyak sekali ruangan disitu, semuanya indah, tertata
sangat rapi, dengan koleksi batik yang lumayan bikin kita bingung saking
banyaknya.
Di bagian awal kita akan diperlihatkan batik khas Solo yang
sering disebut batik sogan.
Perbedaan batik Solo dan Jogja.
Batik-batik dari beberapa daerah di Indonesia.
Batik Eropa, batik China, dll banyaaaak sekali.
Sayang kita sama sekali tidak boleh memegang kain-kain batik
itu dan tidak boleh mengambil foto jadi memory saat d tempat itu hanya terekam
dalam ingatan.
Pokoknya kalau kalian kesana, kalian bakal terpana dengan
betapa indahnya budaya yang kita sebut batik. Semakin bangga dengan Indonesia
deh!
Tour selesai dan saya tidak berniat untuk membeli souvenir
karena pastinya harga nya mahal-mahal haha…
Sayapun langsung keluar museum, dan duduk-duduk istirahat di
bangunan sebelah kiri, saat itu saya malas sekali untuk berfoto padahal setiap
sudut tempat itu penuh dengan spot foto oke. Saya capeekkk berdiri selama 3 jam
lebih bro….
Tengah hari, perut lapar, akhirnya saya pesan ojol untuk
makan siang di rumah makan Soto Triwindu.
Saya tahu tempat itu dari review di internet, katanya sotonya enak banget.
Muter-muter akhirnya ketemu juga karena ternyata lokasi RM
itu ada di sebuah gang kecil.
Jika kalian ingin makan disini, masuk saja dari Pasar Triwindu karena RM ini terletak di belakang pasar.
Pesan soto daging dengan es teh, tambah tahu goreng.
Benar saja, suap demi suap, semakin lama soto itu terasa
semaaakin enaak! Kuahnya segar, lite, cocok sekali di lidah saya. Pak Jokowi
juga pernah makan disitu loh, fotonya terpampang nyata di dinding saat beliau
singgah.
Disitu saya numpang ngecas HP, dan ibu pemilik menjaga HP
saya karena saya harus menuju masjid di dekat rumah makan untuk salat Dhuhur.
Setelah dirasa baterai HP cukup terisi, saya lanjutkan
perjalanan ke Pasar Triwindu yang berjarak dekat sekali dengan rumah makan.
Pasar Triwindu
adalah pasar yang menjual berbagai macam koleksi benda antic, terdapat uang
kuno, radio, TV, hiasan dinding, topeng, gagang pintu, setrika, motor, banyaaak
sekali. Ada yang asli ada pula yang replica.
Lagi-lagi saya tidak membeli apa-apa hehe…
Trip list hari itu adalah saya akan pergi ke museum
purbakala Sangiran tapi ternyata biaya menuju kesana dengan ojol lumayan mahal
karena lokasi yang jauh ditambah hari yang sudah memasuki sore, lagian saya
juga sudah pernah kesana sebelumnya menjadikan saya membatalkan rencana itu.
Akhirnya saya pergi ke alun-alun utara keraton Solo untuk
membeli buku.
Saya membeli 3 buah buku, 2 novel karya Pramoedya A.T dan
sebuah buku tentang nilai-nilai pewayangan.
Berjalan-jalan di pasar Klewer, istirahat di Masjid Agung
Keraton Solo, dan naik becak keliling area keraton sekedar menghabiskan waktu.
Kemudian saya balik ke hotel.
Front One Cabin hotel yang nyaman dan murah |
Malamnya saya makan
malam di wisata kuliner Galabo, aslinya saya ingin ke Ngarsopuro Night
Market tapi ternyata malam Senin tutup hm…
Di Galabo yang sekarang memiliki tampilan baru, tidak lagi
berlokasi di jalan depan PGS, saya makan 2 menu sekaligus, sudah mirip kayak
Ria SW deh, begitu habis 1 menu langsung lanjut menu berikutnya hehe…
Saya makan sate kere campur (berbagai macam jeroan) tanpa
tempe gambus dengan lontong. Rasanya gimana? Enaakkk…. Tapi harganya tidak kere
alias rada mahal hii… Mungkin di tempat lain lebih murah kali yaa…
Lanjut menu kedua yaitu nasi liwet. Sumpah nasi ini bikin
saya melotot saat suapan pertama saking enaknya!
Kalau saat itu saya jadi presenter acara kuliner pasti sudah
mirip kayak Lolita di Detektif Rasa yang gayanya agak lebay itu, merem-merem
sambil bergumam hmm hmm…. Hahaha… Enaaak bangeett!!
Padahal nasi liwet itu cuma pakai lauk suwiran daging ayam
dan sayur labu saja loh… Saya tidak pakai tambahan lauk lain karena sudah
sangat kenyang.
Dari sejak sarapan di dekat hotel, sarapan di Manahan, makan
soto, makan malam di Galabo, semua enaakkk, kuliner Solo benar-benar maknyuuss!
Perut kenyang saya pun balik hotel dengan hati gembira.
Laluuu lanjut postingan hari ketiga di Solo yaaa…. See you :*
Thanks for reading…
BACA JUGA :
* SOLO TRAVELING SOLO : ISTANA SOLO DAN TAMAN MINI JATENG
* SOLO TRAVELING BANDUNG DENGAN JALAN KAKI
BACA JUGA :
* SOLO TRAVELING SOLO : ISTANA SOLO DAN TAMAN MINI JATENG
* SOLO TRAVELING BANDUNG DENGAN JALAN KAKI
Tags : sate kere
Solo, wisata kuliner Galabo, jam buka museum Radya Pustaka, Wisata Kuliner
Solo, Soto Triwindu, Solo Traveling untuk perempuan
No comments:
Post a Comment