Thursday, 4 October 2018

SOLO TRAVELING : JELAJAH ISTANA SOLO DAN TAMAN MINI JATENG

Terimakasih karena masih mau membaca gais ….

Lanjut cerita selama saya di Solo, hari ketiga saya.
Hari Senin tanggal 2 Juli 2018 saya keluar hotel pukul 08.30 an, daann saya sarapan di warung nasi kikil Bu Cilik loh… 


Kalau kalian penggemar vlog Ria SW pasti kalian tahu tempat itu. Tempat makan dengan menu andalan nasi kikil pedas itu buka dari pukul 07.00, lokasinya masih di Jl. Setia Budi, sama dengan hotel tempat saya menginap.

Jangan ditanya gimana rasanya, pastinya enaaakk bangetttt!!

Tapi karena saya makan pas sarapan, jadi bumbu kikil nan maknyus itu tidak saya habiskan karena takut sakit perut, bisa kacau dah jalan-jalannya.

Selesai makan saya lanjutkan perjalanan menuju Pura Mangkunegaran yang letaknya dekat dengan Pasar Triwindu. 

Bayar tiket sebesar Rp 10.000 dan saya menjadi pengunjung pertama.


Ditemani pemandu mbak Susi apa siapa ya lupa haha… saya melangkah memasuki istana milik Mangkunegara yang unik itu.

Bangunannya banyak sekali dipenuhi ornamen-ornamen bergaya Eropa, terdapat patung-patung malaikat, singa, dan lampu gantung buatan Eropa.


Kemudian saya masuk ke bagian aula, kalian harus melepas alas kaki jika ingin memasukinya, mbak pemandu akan menyediakan plastik untuk alas kaki kita.

Setelah berfoto di area aula, saya diajak masuk ke dalam museum, tempat ini dikunci dan tidak diperkenankan untuk mengambil foto.  

Disana merupakan ruangan yang amat terjaga karena banyak sekali peninggalan berharga termasuk perhiasan-perhiasan dari emas.

Mangkunegara IV konon sangat kaya, beliau suka membeli barang-barang dari Eropa untuk melengkapi koleksi pribadinya.

Selain koleksi pribadi Mangkunegara IV ada pula uang kuno dari jaman Majapahit, pakaian penari Bedoyo (tarian sakral yang harus dibawakan oleh perempuan yang masih perawan), dan ada pula foto-foto berikut penghargaan dari Presiden RI kepada Mangkunegara.

Disitu kalian juga bisa mendapatkan jejamuan dan lulur-luluran yang masih dipakai oleh pihak keluarga keraton.

Keluar dari museum, saya memasuki area keputren, area indah tempat para putri bermain dahulunya. Kalau sekarang katanya area ini hanya dipakai pas keluarga berkumpul karena sebagian besar sekarang tinggal di Jakarta seperti pangeran Paundrakarna, tahu kan dia siapa? Dia adalah putra Mangkunegara IX dengan ibu Soekmawati Soekarnoputri.



Ada pula tempat menyambut tamu-tamu penting, tempat makan yang sangat indah, dan selasar yang dipenuhi banyak foto-foto keluarga keraton, terakhir saya menemui art shop yang menjual berbagai macam kerajinan.


Tour selesai, saya masih ingin di tempat itu karena suasanya sangat nyaman, sepi, asri, dan indaaah. Sayapun duduk sambil mendengarkan musik di taman sebelah kanan. 


Setelah puas menikmati Pura Mangkunegara saya beranjak berjalan kaki menuju Pasar Triwindu. Mengambil beberapa foto di jalan Gatot Subroto atau daerah Ngarsopuro yang eksotis itu dan menunggu ojol untuk mengantar saya ke keraton Surakarta.


Sampai di keraton pukul 10.00, membayar tiket sebesar Rp 10.000 saya masuk ke dalam keraton.

Silsilah Dinasti Mataram

Naahh… disinilah saya menemui pengalaman spiritual yang sepertinya sudah sangat diatur oleh Sang Maha.

Sewaktu saya sedang berjalan menuju pintu masuk museum, saya disapa oleh bapak-bapak dan kami langsung terlibat pembicaraan serius seputar agama dan ilmu pengetahuan.

Kami berbicara selama 4 jam tanpa henti, dari pukul 10.00 sampai museum tutup pukul 14.00, hm…. Tidak bisa saya jelaskan bagaimana pembicaraan kami saat itu, yang jelas beliau membuka banyak sekali hal yang selama ini selalu menjadi pertanyaan-pertanyaan saya.

Sungguh ini sangat luar biasa, terimakasih Tuhan…

Kebetulan Keraton juga tutup dan saya sudah pernah mengunjungi keraton sebelumnya, jadi saya hanya masuk ke satu bagian museum last minute sebelum pintu-pintu ditutup.

Keluar dari area keraton saya berjalan kaki mencari penjual sate kere yang katanya enak, tapi setelah muter-muter saya tidak menemukannya. 

Aslinya juga saat itu saya ingin makan tengkleng bu Edi di pasar Klewer tapi pasti jam segitu sudah habis dah tuh tengkleng, jadi terpaksa saya pun balik ke hotel.

Malam datang, rencana untuk nonton wayang orang di Taman Sriwedari gagal karena suatu hal, mau makan timlo juga gagal, ya sudahlah lanjut nonton drama Korea karena saya bawa bekal flashdisk berisikan banyak drama hehe…

Besoknya subuh-subuh saya cek out dari hotel dan bergegas menuju stasiun Solo Balapan untuk naik kereta Kalijaga yang akan membawa saya ke Semarang.

Sampai di Semarang pukul 08.15 saya sarapan di Alfamart, kemudian melanjutkan perjalanan di ibu kota Jawa Tengah ini dulu karena kereta yang menuju Tegal baru datang pukul 14.00. Sengaja saya pesan kereta pukul 14.00 agar bisa jalan-jalan dulu di Semarang.

Saya langsung menuju ke museum Ranggawarsita, museum Jawa Tengah itu berlokasi di Jl. Abdul Rahman Saleh No. 1 dekat dengan Kuil Sam Po Kong.


Museum ini adalah satu-satunya museum yang buka setiap hari. 


Bayar tiket sebesar Rp 4.000 dan meminta jasa pemandu, awalnya petugas disana keberatan karena pemandu asli sedang tidak ada di tempat, tapi saya bersikeras untuk memakai jasa pemandu jadi mereka menyuruh salah satu pegawai muda untuk menemani saya.

Jujur saat itu mbak yang menemani saya seperti ogah-ogahan awalnya tapi setelah saya ternyata banyak tahu tentang sejarah, mbak itupun mulai melayani pertanyaan-pertanyaan saya dengan antusias.

Museum itu baguuuss, karena itu museum umum jadi koleksinya meliputi berbagai macam hal mulai dari batuan purbakala, fosil-fosil, diorama manusia purba, patung stegodon, berbagai macam arca, dan ada replica prasasti Canggal sodara!! Senang sekali saya walaupun itu replica.



Replika Prasasti Canggal

Ada pula pakaian adat  dari beberapa wilayah di Jawa Tengah, beberapa diorama penjajahan Belanda, wayang, senjata, alat medis, banyaaak sekali.


Terakhir saya diajak masuk ke ruang emas. Ruang emas adalah ruangan yang memperlihatkan koleksi perhiasan emas jaman dulu, jaman kerajaan-kerajaan dulu yang berhasil ditemukan oleh warga dan sekarang sudah dimiliki oleh pemerintah.
Ada yang asli dan ada pula yang replica.

Selanjutnya saya bisa naik ke lantai 2 untuk melihat tayangan video tapi saat itu sedang direnovasi jadi sayapun akhirnya keluar. 

Mbak pemandu menyarankan saya untuk datang ke Maerokoco daripada Kuil Sam Po Kong, dan belakangan saya menyesal kenapa tidak ke Sam Po Kong saja untuk bertanya tentang kronik-kronik catatan sejarah yang ada di tempat itu hm…

Saya pun menurut, dengan ojol saya menuju ke Grand Maerokoco melewati bandara Ahmad Yani hehe… Saat itu kami masuk ke bagian bandara sekedar untuk mempersingkat jarak tempuh ke Maerokoco, baguslah jadi saya bisa melihat seperti apa tampilan satu-satunya bandara terapung di Indonesia itu.

Sampai di Grand Maerokoco saya bayar tiket Rp 10.000, tempat itu adalah Taman Mini Jawa Tengah, berisikan semua rumah adat dari seluruh wilayah kabupaten dan kota di Jawa Tengah.

Dimulai dari Kabupaten Sragen dengan gerbang gading gajah khas wilayah Sangiran, kemudian kabupaten Wonogiri, dan semua rumah adat dari 29 kabupaten dan 6 kota Jawa Tengah.


Bayangkan sodara, dengan lokasi seluas itu, saya harus berjalan membawa 2 tas ransel berat sendirian!



Capek? Jangan ditanya…. Saya sempat beristirahat di rumah adat kabupaten Cilacap, dan bertekad menemukan rumah adat kabupaten dan kota Tegal. 

Yaelaahh apa istimewanya sih kan sudah tahu seperti apa bentuknya? Saya, kalau sudah datang ke suatu tempat pasti inginnya semua dijelajahi, jadi walaupun berat minta ampun saya tetap mengelilingi tempat luas itu sampai ketemu Tegal! Hehe…


Selesai semua saya jelajahi kecuali bagian hutan mangrove, sayapun pesan ojol untuk makan siang di Indomaret yang berlokasi di Jl. Pandanaran sekalian beli oleh-oleh bandeng presto di Bandeng Juwana Elrina.

Kok makan siang di Indomaret? Iyaa di situ ada nasi siap saji yang bisa kita nikmati langsung, bayangan nasi bulgogi membuat saya ingin makan disitu tapiii ternyata sedang kosong dan hanya ada nasi chicken katsu hiks…

Kemudian saya berjalan kaki untuk membeli bandeng, saya beli yang ukuran kecil dengan harga perkilogram sebesar Rp 102.000

Setelah itu sudah… saya menuju ke stasiun Poncol dengan ojol dan pulang ke Tegal…

Selesai deh petualangan saya selama 4 hari 3 malam di Solo dan Semarang yang sangat sangat sangat menyenangkan!!!

Solo traveling saya Alhamdulillah selalu meluapkan perasaan bahagia, membuat saya semaaakin ketagihan melakukan perjalanan seorang diri. Tanpa perdebatan, tanpa rasa tidak enak pada orang lain, tanpa kebingungan mengambil keputusan diantara banyak pendapat, dan hal-hal ribet lain jika saya pergi bersama orang lain.

Saya kutip kata-kata Dian Pelangi berikut :
“You never really travel alone. The world is full of nice people waiting to get to know you”

Dan itu sudah terbukti pada diri saya sendiri, the world is full of nice people! Alhamdulillaaahh….

Next… Yogyakarta menunggu untuk saya jelajahi, walaupun sudah puluhan kali dan sempat tinggal di sana bertahun-tahun tetap akan saya datangi tempat yang selama ini belum pernah saya datangi sebelumnya, jejajah pantai, jelajah museum, dan jelajah budaya. Niatnya sih mau semingguan disana haha… Siapin kantong Doraemon deh :D

Terimakasih banyaak sudah mampir membaca gais… Oya konsultasi masih saya layani ya tetapi sekarang hanya via DM Instagram di @atiningtyas

See you… jangan lupa baca postingan lain juga mmuuuaaccch!




No comments:

Post a Comment