Saturday 7 January 2012

The Angel

Bahkan malaikatpun mempunyai tongkat jahatnya. Malaikat yang aku maksud bukan malaikat makhluk ciptaan Allah yang selalu tunduk kepada-Nya, tapi malaikat perumpamaan seorang manusia yang lembut hatinya. 

Halo itu selama ini betah berada di atas kepalamu, kamu memang malaikat untukku. Malaikat yang sangat tampan.

Kapan ya kamu terlihat jelek? Aku ingat-ingat tidak pernah. 

Aku teringat lagu milik Jason Mraz Life is Wonderful, hidupku pun menjadi wonderful dengan adanya dirimu. Fase itu adalah fase terhebat dalam hidupku.

Pada halaman pertama buku kita, matahari muncul dengan cerahnya. Menyilaukanku. Mataku sakit karenanya.

Halaman berikutnya bulan bersinar dengan terangnya. Membuatku terobsesi ingin meraihnya.

Halaman selanjutnya hujan rintik mewarnai, membuatku basah sedikit. Tapi aku merasakan kesejukan karenanya.

Halaman berikutnya matahari terbit dengan awan menaungi, pagi itu mendung, membuatku harus menebak-nebak apakah hari ini akan berjalan secerah kemarin atau tidak.

Malam menjelang dan ternyata bulan bersinar terang lagi, aku bahagia karenanya. 

Angin berhembus dengan lembut membuatku melayang ke angkasa. Aku tidak ingin menginjak tanah lagi. Aku ingin selamanya terbang.

Halaman selanjutnya, semua ciptaan Tuhan menyatu dengan kuatnya. Membuatku yakin akan esok yang masih menunggu.

Aku semakin kuat karenanya.

Halaman selanjutnya dan selanjutnya, hujan deras menerpa. Membuatku semakin berpegang erat kepada hatiku. 

Malaikat itu selalu tersenyum walau hatinya tercabik. Aku semakin erat memegang tangannya. Malaikat itu kesakitan, tapi selalu ditahannya.

Aku dan malaikat, dua hal yang berbeda tetapi selalu sama-sama. Kami sama-sama berkorban satu sama lain. 

Aku sakit, susah bernafas, paru-paruku terasa berat menarik oksigen. Jantungku terpacu lebih cepat dan aku kelelahan karenanya.

Malam itu semuanya tampak jelas. Bulan bersinar dengan terang, bintang bertaburan dengan indahnya, bahkan kembang api pun menghiasi langit malam itu. Ironis sekali… Aku terjatuh!

Tangannya memegangku erat, mencegahku terjatuh. Tapi sayang, dia terlambat. 

Memasuki halaman akhir, aku memegang bayangannya. Aneh sekali bahwa aku bisa memegang bayangannya.

Aneh sekali sekarang aku melewati semuanya ditemani bayanganmu. Aku hampir gila. 

Halaman terakhir, cerita belum selesai. Buku itu masih menyisakan halaman kosong.


Terinspirasi oleh Love The Way You Lie Part II – Eminem feat Rihanna.

 

No comments:

Post a Comment