Monday, 12 June 2017

Apa Itu Sederhana?

Bulan puasa, apakah ada peningkatan dalam ibadah?

Jawab sendiri-sendiri saja ya hehe... kebiasaan menanyakan sesuatu sebelum kelas dimulai jadi gini deh.

Sore-sore menanti waktu berbuka, nasi kotak hasil bimtek kurikulum telah menanti, alhamdulillah gak usah beli nasi padang, padahal selama bimtek sambil ngantuk-ngantuk saya bayangin kuah nasi padang yang kental dan sambal ijonya yang aduhai. Haha...

Jadi pengen nulis sesuatu, baca ya jikalau kalian terjebak dalam blog random ini. :p

Semakin bertambah umur, semakin saya mulai memperhatikan orang lain dalam berkehidupan.

Mau tidak mau kita pasti akan melakukan itu, karena setiap hari kita tidak akan bisa lepas dari intertaksi dengan orang lain.

Suatu waktu saya pergi ke Matahari Dep. Store, mengantar ibu yang ingin membeli sepatu. Saya melihat dan memperhatikan berbagai macam barang mulai dari pakaian, sepatu, tas, accesoris, dll yang dipajang disitu.


Semuanya tidak ada yang murah menurutku, walaupun embel-embel diskon 50 % + 20 % bertebaran dimana-mana tetap saja tidak ada keinginan untuk membeli salah satu dari produk mereka.

Saya jadi berpikir, sekelas Matahari saja saya masih bilang mahal, gimana dengan produk ber-merek yang dijual di pusat perbelanjaan elit di kota-kota besar?

Kalian pasti sering menemui postingan seseorang yang menenteng serenteng goodie bag setelah orang tersebut berbelanja di mall.

Postingan acara ulang tahun di hotel dengan dekorasi wah.

Acara foto keluarga dengan memakai dekorasi dan kostum yang tidak bisa dibilang murah.

Acara pengajian rutin dimana pesertanya adalah ibu2 muda gaul dengan dandanan mewah.

Acara arisan emak-emak hits yang selalu memakai tema.

Dan lain sebagainya.

Saya tidak akan kaget jika postingan itu Syahrini yang buat.

Saya tidak akan peduli jika postingan itu Nikita Willy yang buat.

Tapi saya jadi sedikit terusik karena postingan itu dibuat oleh para hijaber-hijaber yang notabene adalah role model seorang muslimah.

Sedikiiiit pertanyaan muncul dalam hati saya, apakah definisi sederhana menurut mereka?
Mereka public figure yang menyandang predikat muslimah, bahkan ada diantaranya adalah anak seorang ustad terkenal.

Mereka sangat glamor. Sudah saya sebutkan diatas, bahkan untuk acara pengajian saja mereka kemas sedemikian rupa yang akhirnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ehm... saya yang hanya remah-remah kerupuk rengginang ini jadi berpikir apasih sebenarnya yang mereka cari?

Gengsi.

Pergaulan.

Sosialisasi.

Entahlah.

Sederhana. Satu kata yang sekarang ingin benar-benar saya terapkan dalam hidup saya.

Beberapa bulan vakum dari bisnis sangat terasa dampaknya, saya sangat menjaga pengeluaran.

Sekarang bisnis telah mulai saya jalankan lagi semoga dengan rezeki lebih yang masuk tidak akan membuatku menjadi seorang yang memaksakan diri tampil wah.

Saya adalah seorang yang sangat tidak mementingkan merek. Apalagi untuk pakaian. Tinggal pake saja produk dari toko sendiri hehe...

Jadi waktu dulu teman-teman guru heboh tas merek Papillon, saya cuma bisa nyengir. Lagak lu kayak artis saja pake tas harga jutaan, giliran sertifikasi telat cair, gegernya kayak kerampokan.

Hidup sederhana.

Orang terkaya di dunia yaitu Bill Gates konon katanya memakai jam tangan seharga 130 an ribu rupiah saja.

Bos Facebook kemana-mana hanya memakai kaos oblong abu-abu. Istrinya tampak sangat sederhana tanpa rempel2 dan rumbai2.

So...?

Mungkin standar sederhana setiap orang berbeda, tapi bayangan seorang Bill Gates yang hanya memakai jam tangan seratus ribuan membuat saya tidak habis pikir.

Siapa kita? Gaji bulanan masih enam digit.

Membeli barang remeh sampai 5 digit.

Bangga makan sebungkus snack harga empat puluhan ribu. Giliran beli es cincau di bapak-bapak tua sepuluh ribu masih ditawar lima ribu.

Ah.. saya jadi ingat para penjual sayuran di pasar.

Bu.. ditambahin sih cabenya... (padahal dia sudah nyomot cabe tanpa kira2)

Padahal saya tidak suka kalau ada pembeli yang nawar hehe...

Sekarang tengoklah ke sekeliling kalian, seperti apakah lingkungan kalian. Kemudian lihatlah kedalam diri kalian sendiri, apakah kalian akan mengikuti proses sosialisasi basi seperti mengikuti arisan sekaligus ajang pamer?

Jika diantara kalian ada yang mengenal saya, dan kalian akan menyinggung tentang pernikahan saya yang terkesan agak mewah, semua itu adalah kemauan orang tua yang tidak bisa saya tolak.

Huu... Bisa saja saya beralasan.

Hhmmm...

Begitulah, sedikit tulisan tentang perasaan yang terusik saat saya scroll Instagram yang kebanyakan berisi hijaber-hijaber keren.




No comments:

Post a Comment