Kalian tahu kalau
sekarang sedang musim apa? Betul sekali, musim banjir...
Banjir gak cuma di
Jakarta, bahkan di Indramayu pun banjir melanda puluhan kecamatan.
Miris melihat keadaan
korban banjir yang sampai mengemis di jalan Pantura.
Beruntung sekali aku
tidak merasakan banjir sampai masuk ke dalam rumah. Rumahku aman terkendali.
Tapi..., aku tidak akan
menulis tentang banjir dan saran-saran klise yang mengatakan jangan buang
sampah sembarangan, kali ini aku ingin menulis tentang air, udara, dan satu hal
lainnya.
Kalian bisa baca
tulisanku tentang air disini.
Air adalah sumber
kehidupan makhluk hidup. Tanpanya manusia tidak akan hidup. Fungsi air hanya
bisa terkalahkan oleh udara.
Aku pernah menulis sebuah
puisi tentang udara, bunyinya seperti ini :
‘Aku adalah udara,
udara yang keluar dari nafas seseorang.
Aku
tahu sekali materi apa saja yang terkandung dalam setiap hembusan nafasnya.
Kadang lelah dia hembuskan.
Tapi
tak jarang pula rasa syukur yang muncul.
Tapi
aku heran dengan suatu kenyataan.
Ada
satu materi yang selalu muncul dalam setiap nafasnya.
Materi
itu seperti bisa aku baca.
Aku
iri padanya, ingin bisa seperti materi itu.
Penuh
makna dan selalu membuatnya tersenyum.
Materi
itu terbaca, (nama seseorang yang amat kusayangi waktu itu...)’
Ternyata dalam
suatu waktu, manusia bisa membutuhkan satu hal yang lebih dibutuhkan daripada
udara dan air.
Bahkan sang
udara pun iri, seakan manusia tidak bisa hidup tanpa hal tersebut.
Konyol memang,
karena jelas-jelas tanpa udara manusia akan langsung mati.
Tapi terkadang
manusia memang seperti itu, berlebihan.
Seperti aku
saat ini, berlebihan.
Berlebihan membutuhkan
hal itu di setiap detik dalam hidupku. Berlebihan memberikan hal itu dalam
setiap detik dalam hidupku.
Aku tahu
kalau Tuhan tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, oleh karena itu, aku
kendalikan diriku.
Kutahan segala
rasa. Kutahan sampai hampir membuatku pingsan.
Tulisanku sangat
klise ya, absurd. Di usiaku sekarang, rasanya konyol kalau masih menulis
tentang hal itu.
Tapi duniaku memang silly, dan sepertinya tidak ada seorangpun
yang akan paham dengan kekonyolan ini selain diriku, dia dan Tuhan tentunya.
Apa kehidupan
“cinta”mu juga konyol?
No comments:
Post a Comment